Jumat, 29 Desember 2017

Mari Mengenal Paragraf



MARI
 MENGENAL PARAGRAF
































 OLEH: ANDI ULFA WULANDARI
NIM: 30100117057


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
T.A. 2016/2017















Kata Pengantar


L
isan tidak mampu berucap, kata pun tidak akan sanggup untuk mengungkapkan betapa banyak nikmat yang Dia berikan. Segala puji bagi Allah, Sang Pemilik Kesempurnaan. Shalawat berangkaikan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, suri teladan umat manusia di sepanjang peradaban. Syukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla karena tanpa bantuan dari-Nya, tangan ini akan selalu kaku untuk menulis. Dan atas karunia-Nya, tulisan ini hadir sebagai solusi bagi jiwa-jiwa yang haus akan ilmu, umumnya bagi siapa saja yang ingin mengetahui lebih jauh tentang paragraf, dan khususnya bagi para pelajar baik siswa maupun mahasiswa. Terima kasih tak lupa kami haturkan kepada Bapak Drs. H. Ibrahim, M.A sebagai dosen mata kuliah bahasa Indonesia yang telah memberikan kami tugas dalam bentuk makalah, agar menempa kami menjadi pelajar yang mandiri, kreatif, lagi produktif. Disusunnya makalah ini, tidak lain karena rasa ingin tahu dan kepedulian kami terhadap bahasa dan nasib anak bangsa ke depannya. Sebab, tak jarang kita temui kesalahan dalam menganalisa maupun dalam implementasi paragraf di kalangan pelajar.

            Alhamdulillah ‘alaa kulli haal, pada hari ini kami telah merampungkan sebuah makalah yang berjudul “Mari Mengenal Paragraf.”  Kami sadari, pada penulisan dan penyusunan makalah kali ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami sebagai tim penyusun membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang membangun demi perbaikan makalah selanjutnya.


                                                                                    Samata,  30   Oktober 2017

                                                                                            Penyusun













Pembahasan

A.    Definisi Paragraf

Pembentukan paragraf merupakan salah satu syarat utama dalam karang-mengarang dan tulis-menulis. Kemampuan membentuk dan menyusun pikiran dalam paragraph adalah suatu kemampuan tersendiri karena harus dipelajari dan dilatih.

Secara etimologi, paragraf berasal dari bahasa Yunani yaitu paragraphos yang berarti menulis di samping atau tertulis di samping. Adapun secara terminologi, paragraf adalah satuan bahasa yang disusun oleh beberapa kalimat. Paragraf juga bisa diartikan sebagai suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas daripada kalimat. Ia merupakan kumpulan beberapa kalimat, namun kalimat itu bukan sekedar berkumpul, melainkan bertalian satu sama lain dalam satu rangkaian yang membentuk sebuah isi pikiran. Isi pikiran dalam paragraf tentulah lebih luas daripada kalimat. Melalui paragraf gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan atau kalimat-kalimat penjelas. Sebab, paragraf merupakan suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide.

Berikut contoh paragraf agar lebih mudah dipahami:
Contoh:
           
(1)       Media massa merupakan salah satu sarana yang penting untuk membina mengembangkan bahasa Indonesia dalam rangka pembangunan bangsa. (2) Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa melalui media massa ada beberapa kelemahan dalam pemakaian bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. (3) Misalnya kesalahan pemakaian ejaan, ucapan, bentuk kata, dan kalimat. (4) Dalam hubungan tersebut, media massa telah memberi sumbangan yang berharga dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.

          Pikiran utama paragraf di atas pada awal paragraf, yaitu media massa salah satu sarana membina dan mengembangkan bahasa Indonesia dalam rangka pembangunan bangsa. Paragraf tersebut di atas terdiri atas empat kalimat, satu kalimat topik dan tiga kalimat penjelas. Kalimat penjelas bertugas menjelaskan kalimat topik.





2. Tujuan Pembentukan Paragraf
            Adapun tujuan paragraph adalah:
1.      Untuk memudahkan peengertian antara ide pokok yang satu dengan ide pokok lainnya.
2.      Untuk memisahkan atau menegaskan perhentian secara wajar dan formal agar memungkinkan pemberian perhatian yang lebih lama dan terarah untuk berkonsentrasi penuh terhadap tema alinea.

3.      Ciri-Ciri Paragraf

1.      Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima sampai tujuh ketukan spasi untuk jenis karangan biasa.
2.      Menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik
3.      Menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan kalimat pengembang yang berfungi menjelaskan, menguraikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik
4.      Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat ini berisi detail yang spesifik dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.

            Paragraf memiliki arti dan fungsi sangat penting dalam karangan yang panjang. Pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh, runtut, lengkap, menyatu, dan sempurna melalui paragraf sehingga makna dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan penulisnya. Selain itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah karangan sehingga menjadi lebih hidup, dinamis, dan energik. Paragraf dapat pula menjembatani gagasan penulis dan pembacanya.

4.        Fungsi Paragraf

Fungsi Paragraf di antaranya:
1.      Mengekspresikan gagasan dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan.
2.      Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri atas beberapa paragraf.
3.      Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis dan memudahkan pemahaman bagi pembaca.
4.      Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil.

            Sebuah paragraf terdiri atas sebuah kallimat utama dan beberapa kalimat pengembang. Kalimat utama menyampaikan pikiran utama dan kalimat pengembang menyampaikan pikiran penjelas.


5.        Jenis-Jenis Paragraf

Jenis-jenis paragraf terbagi, yaitu:
1.      Berdasarkan Fungsinya dalam Karangan
a.       Paragraf Pengantar
Paragraf pengantar atau paragraph pendahuluan berfungsi sebagai pengantar pokok pembicaraan dalam karangan untuk sampai kepada masalah yang dibahas. Paragraf pengantar harus mampu menarik minat dan gairah pembaca, serta mampu menata pikiran pembaca untuk mengetahui seluruh isi karangan.
b.      Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung adalah paragraf yang menghubungkan atau menjembatangi antara paragraf pengantar dan paragraf penutup. Semua permasalahan disampaikan pada paragraph ini. Jadi, dapat dikatakan bahwa paragraf ini memuat pembahasan inti permasalahan.
c.       Paragraf Penutup
Paragraf penutup berada pada bagian akhir paragraf. Isi paragraf penutup berupa simpulan dari semua uraian pada bab-bab terdahulu. Paragraf ini juga merupakan penegasan atau pernyataan kembali masalah-masalah penting telah disebutkan dalam paragraf pengantar.

2.      Berdasarkan Posisi Kalimat Utama
Berdasarkan posisi kalimat utama, paragraf dibagi empat jenis yaitu:
a.     Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada pada posisi awal kalimat. Kemudian disusul oleh kalimat-kalimat penjelas yang menjelaskan ide pokok.
Contoh:
(1)   Pengusaha Indonesia kini mulai mandiri. (2) Mereka tidak lagi mengharapkan perlindungan sepenuhnya dari pemerintah. (3) Namun, dalam kaitannya pesaingan global, mereka berharap agar pemerintah melindungi produk pertanian dengan cara membatasi impor. (4) Mereka juga berharap agar pemerintah menggakan hukum dan memberatas KKN tanpa pandang bulu.

b.    Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang mengetengahkan terlebih dahulu kalimat-kalimat penjelas kemudian kalimat topiknya atau ide pokoknya.

Contoh :
PT Genting Pazola pada awal tahun 2004 ini semakin sulit pendapat konsumen. (2) Produknya mulai berkurang, karyawannya semakin banyak yang pindah kerja, dan beberapa karyawan mengeluh gaji yang tidak pernah naik, padahal harga barang konsumsi terus melambung. (3) Hal yang bisa di maklumi oleh pimpinan perusahaan dan sebagian besar karyawan. (4) Bahkan, dokumen yang menyatakan bahwa pajak perusahaan yang belum dibayar pun sudah sampai kepada karyawan. (5) Pemilik perusahaan menyadari bahwa desain produk sudah mulai usang, peralatan teknis sudah ketinggalan teknologi, dan kreativitas baru karyawan yang mendukung kinerja bisnis sudah mongering. (6) Direksi dan seluruh karyawan berkesimpulan sama, PT Genting Pazola telah bangkrut.

6.        Syarat Paragraf yang baik
Paragraf yang baik harus mempunyai syarat kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan, dan konsisten penggunaan sudut pandang.

a.       Kesatuan Paragraf (Kesatuan Pikiran)
      Paragraf yang baik hanya mempunyai satu pokok pikiran. Pokok pikiran tersebut ditempatkan dalam kalimat utama. Adapun kalimat-kalimat pengembang berupa pikiran-pikiran penjelas menjelaskan pikiran utama. Tidak satupun kalimat pengembang yang tidak menjelaskan pikiran utama. Apabila ada kalimat pengembang yang tidak menjelaskan pikiran utama, maka paragraf tersebut rusak kesatuannya.

Contoh:

(1)   Kebebasan berekpresi dampak pada pengembangan kreativitas baru. (2) Beberapa siswa tingkat SD sampai dengan tingkat SMU/SMK berhasil menjuarai olimpiade fisika dan matematika. (3) Walaupun kebutuhan ekonomi masyarakat relatif rendah, beberapa siswa berhasil memenangkan kejuaraan dunia dalam lomba tersebut. (4) Kreativitas baru tersebut membanggakan.
Contoh paragraf di atas tanpa kesatuan pikiran. Kalimat (1) sampai dengan kalimat (3) menggunakan pikiran utama yang berbeda-beda. Masing-masing tidak membahas satu pikiran yang sama. Kalimat (4) mempunyai hubungan dengan kalimat satu. Akibatnya, paragraf menjadi tidak jelas struktur dan maknanya.

b.       Kepaduan

Kepaduan paragraf dapat dicapai dengan kalimat-kalimat yang berhubungan secara logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam paragraf menghasilkan kejelasan struktur dan makna paragraf. Hubungan kalimat tersebut menghasilkan paragraf menjadi satu padu, utuh, dan kompak. Kepaduan ini dapat dibangun melalui repetisi (pengulangan) kata kunci atau sinonim, kata ganti, kata transisi, dan bentuk paralel.

1.    Pengulangan Kata Kunci

Kepaduan paragraf dapat pula dicapai dengan pengulangan kata kunci. Semua kalimat dalam paragraf dihubungkan dengan kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci yang telah disebutkan pada kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Dengan pengulangan itu kalimat menjadi padu, utuh, dan kompak.

Contoh:
(1)            Budaya merupakan sumber kreativitas baru. (2) Budaya baik berupa sistem ideal, sistem sosial, maupun sistem teknologi, ketiganya dapat dijadikan sumber kreativitas baru. (3) Budaya yang bersumber pada sistem ideal dapat mengarahkan kreativitas konsep-konsep pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. (4) Budaya yang bersumber pada sistem sosial dapat mengendalikan perilaku sosial atau masyarakat termasuk pemimpinnya. (5) Budaya yang bersumber pada sistem teknologi dapat mengendalikan kreativitas baru berdasarkan geografis bangsa, misalnya sebagai negara pertanian harus memproduksi teknologi pertanian, sebgaia negara kedaulatan harus mengembangkan teknologi kedaulatan, dan sebagainya. (6) Sinergi dari ketiga sistem budaya dapat menghasilkan kreativitas yang lebih sempurna.

2.    Kata Ganti
            Kepaduan dapat dicapai dengan pengunaan kata ganti, pronominal, atau padanan. Sebuah kata yang telah disebutkan pada kalimat pertama (terdahulu) dapat disebutkan kembali pada kalimat berikutnya dengan kata gantinya. Kata ganti atau padanan dapat pula menggantikan kalimat, paragraph, dan dapat pula menggantikan bab.
            Contoh :
(1)   Kata Ganti:
Pegawai itu – ia
Pegawai-pegawai itu – mereka
Seorang perempuan – ia
Banyak perempuan – mereka
Saya dan kita – kami
Saya dan kamu – kita
(2)   Padanan:
Ekonomi Indonesia segera bangkit. Hal ini ditandai dengan stabilnya nilai rupiah. Selain itu, hal ini juga dapat dirasakan adanya kenaikan pendapatan nasional sebesar lima persen setahun sejak awal 2005 sampai dengan akhir 2006, Hal ini ….,
          Dalam paragraf ini dibahas pembinaan ekonomi masyarakat kecil.

3.    Kata Transisi
       Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkai yang menyatakan adanya hubungan, baik intrakalimat maupun antarkalimat. Penggunaan kata transisi yang tepat dapat memadukan paragraph, sehingga keseluruhan kalimat menjadi padu, menyatu, dan utuh. Kata transisi digunakan berdasarkan fungsi makna yang dihubungkan. Kata transisi menyatakan hubungan sebagai berikut:

No.
Menyatakan Hubungan
Kata/Frase Transisi
1.
Sebab, akibat, hasil
Sebab, karena, akibatnya, maka, oleh karena itu, oleh sebab itu, dampaknya, hasilnya, jadi, dengan demikian.
2.
Pertentangan
Tetapi, akan tetapi, namun, berbeda dengan itu, meskipun demikian, sebaliknya, kebalikan daripada itu, kecuali itu.
3.
Hubungan waktu
Baru-baru ini, ketika, sejak, segera, beberapa saat kemudian, sementara itu.
4.
Hubungan perbandingan
Hubungan perbandingan dalam hal yang sama, lain halnya, sebaliknya, lebih daripada itu, berbeda dengan itu.
5.
Hubungan tujuan
Agar, supaya, untuk maksud tersebut, guna.
6.
Hubungan tempat
Berdekatan dengan itu, di sini, ke seberang, di sepanjang titik ini.
7.
Hubungan pertambahan
Tambahan pula, berikutnya, juga, kemudian, selain itu, lebih lanjut, disamping itu, lebih-lebih, dalam hal demikian, dengan kata lain.
8.
Hubungan syarat
Jika, jikalau, apabila, kalau.
9.
Hubungan cara
Cara yang demikian, cara ini.
10.
Hubungan singkatan
Singkatnya, ringkasnya, pendek kata.
11.
Hubungan urutan
Mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, sesudah itu, selanjutnya.
12.
Hubungan penegasan
Jadi, dengan demikian, bahwa, jelaslah bahwa.


                       

















Ringkasan

Paragraf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan yang mengandung ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru, paragraf bisa juga di sebut dengan alinea.
Paragraf adalah satuan bahasa yang disusun oleh beberapa kalimat. Paragraf juga bisa diartikan sebagai suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas daripada kalimat. Paragraf juga memiliki ciri-ciri, tujuan, fungsi, jenis-jenis, dan syarat-syarat sehingga bisa disebut sebagai paragraf. Secara umum, paragraf memiliki empat unsur, yaitu:
(1) transisi,
(2) kalimat topik,
(3) kalimat pengembang, dan
(4) kalimat penegas.


          Paragraf memiliki arti dan fungsi sangat penting dalam karangan yang panjang. Pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh, runtut, lengkap, menyatu, dan sempurna melalui paragraph sehingga makna dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan penulisnya. Selain itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah karangan sehingga menjadi lebih hidup, dinamis, dan energik. Paragraf dapat pula menjembatani gagasan penulis dan pembacanya.

Sebuah paragraf terdiri atas sebuah kallimat utama dan beberapa kalimat pengembang. Kalimat utama menyampaikan pikiran utama dan kalimat pengembang menyampaikan pikiran penjelas.