Jumat, 28 Februari 2025

Ramadan#1 : Memulai dengan Harapan


Dalam perjalanan spiritual, harapan kepada Tuhan menjadi sebuah kekuatan. Menurut perspektif sufisme, terdapat perasaan
raja' (harap) dan khauf (takut) dalam hati seorang hamba yang tertuju pada Rabbnya. Namun harap begitu erat kaitannya dengan mahabbah (cinta), di mana terdapat kerinduan mendalam di hati manusia untuk bisa merasakan kehadiran Tuhan atau setidaknya rindu memiliki sifat-sifat Ilahiyah dalam dirinya. Beberapa orang meyakini bahwa harapan sejati timbul ketika merindukan kehadiran serta kasih sayang Tuhan, sehingga hal ini dapat menjadi kekuatan dalam mengarungi berbagai ujian hidup. 

Ramadan yang diawali dengan refleksi diri dan menanyakan kepada diri sendiri apa yang sebenarnya diharapkan dari bulan suci ini? Bagaimana kita mengawalinya? Bagaimana kita berproses di dalamnya? Dan bagaimana hasil yang diharapkan setelah melalui proses ini? Harapan-harapan itu dilangitkan dalam doa,  juga boleh sekalian disematkan dalam bentuk tulisan, catatan kecil, atau ditempel di bagian yang sering terlihat agar mampu menjadi sugesti setiap harinya. Di hari pertama, rasanya memang perlu menancapkan harapan yang akan dibawa pada hari-hari selanjutnya. 

Harapan juga terkait dengan keyakinan pada rahmat dan kasih sayang Tuhan. Para guru spiritual menekankan bahwa satu-satunya harapan yang tidak sia-sia adalah harapan pada rahmat serta ampunan Tuhan. Betapa Tuhan melebarkan sayap kasih-Nya begitu besar untuk setiap jiwa yang Ia ciptakan. Sehingga tak ada alasan untuk berputus asa dari kasih sayang-Nya, bahkan dalam keadaan terburuk sekalipun. Jika ada hati yang enggan menerima maaf kita, opsi terbaik adalah meminta kepada pemilik hatinya agar diberi kelembutan untuk memaafkan, sebagaimana Tuhan yang memberi maaf begitu luas. Begitu juga sebaliknya, jika hati masih sulit memberi maaf, setidaknya kedua tangan tak berhenti menengadah untuk berdoa, memohon kebaikan dan kebersihan hati. 

Setelah menaruh harap pada posisi yang aman, dan telah melakukan usaha yang maksimal semampu kita, selanjutnya adalah tawakkal yang menjadi langkah penting untuk kita tempuh. Dalam tawakkal kita berlatih untuk menyerahkan diri pada Tuhan, sebagaimana makna hamba yang sesungguhnya. Kita diminta percaya pada kuasa-Nya dengan berserah diri. Demikian juga Tuhan memerintahkan untuk berpuasa, karena dalam puasa kita dilatih bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi juga untuk bisa patuh-menyerahkan diri kepada kekuatan yang jauh lebih besar. 

Setiap hari kita mungkin akan berjumpa dengan kondisi yang tidak menyenangkan dan dengan beragam karakter yang berbeda-beda, namun jika memungkinkan setiap paginya kita juga mengirimkan harapan pada Tuhan agar senantiasa diberikan ketenangan pikiran serta hati yang bersih untuk dapat melalui hari-hari dengan lebih baik. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk menghalau segala sakit di hati, karena niat sebaik apapun jika tanpa melibatkan Tuhan di dalamnya akan terasa hambar. 

Rupanya harapan bukan sebatas keinginan, lebih dari itu bahwa harapan merupakan bentuk pengabdian dan kepasrahan seorang 'abid (hamba) kepada kebijaksanaan Tuhan. Dengan demikian, mencerminkan relasi yang indah dan intim antara Pencipta dan ciptaan-Nya yang diselimuti oleh cinta kasih, ketulusan, dan rasa syukur.

Best regard, 

AUW 
.

1 komentar:

  1. Betapa banyaknya nikmat tuhan yang sangat perlu disyukuri dan sebagai bahan refleksi kita dalam menjalani kehidupan ini

    BalasHapus