Judul Buku : Tenang: A Book That Can Hold You Tight
Penulis & Ilustrator : Lapinggala
Penerbit : C-Klik Media - Yogyakarta
Cetakan / Tahun terbit : Cet V / 2024
Jumlah Halaman : 152 halaman
ISBN : 9786233571326
Reviewer : Andi Ulfa Wulandari
Buku dengan ukuran 14 x 20 cm ini menjadi salah satu buku yang enak dijadikan teman duduk. Lapinggala menulis buku ini dengan hati, berangkat dari jiwa empati dan kemanusiaan yang tinggi. Selain itu, dalam buku ini tertuang beberapa penggalan pengalaman penulisnya dalam mengarungi hidup. Sembari menunggu antrian atau mungkin duduk santai di pojokan cafe, buku ini sangat cocok menjadi kawan duet. Bukan semata-mata karena buku ini ringan dan tidak begitu tebal, namun tampilan yang disuguhkan juga cukup menarik karena disertai dengan ilustrasi di setiap lembarnya. Tulisan dalam buku ini tidak padat merayap alias sedikit kata-kata, jenis font huruf yang digunakan juga terkesan santai, bagi kaum visual akan sangat dimanjakan dengan visualisasi buku yang penuh warna ini.
Lapinggala membagi buku ini menjadi tiga bagian. Pertama, Bentuk Persembahan Dari Masa Lalu; kedua, Bentuk Persembahan Masa Kini; dan ketiga, Bentuk Persembahan Masa Depan. Hal ini menggambarkan kehidupan yang terdiri atas tiga masa. Seperti judulnya, baik tulisan, gambar, maupun warna buku ini berupaya untuk mengarahkan pembacanya pada kedamaian dan ketenangan pikiran. Warna yang didominasi hijau ini menurutku memiliki filosofi yang dalam, di mana hijau melambangkan keteduhan sebagaimana teduhnya rimbun pepohonan. Memang demikianlah yang hendak penulisnya sampaikan, bahwa untuk bisa hidup dengan tenang kita perlu berdamai dengan alam semesta dan seluruh makhluk yang bermukim di dalamnya.
Dalam salah satu lembarannya, terdapat untaian kalimat yang menyejukkan hati: "Aku senang kamu ada di bumi. Semoga tetap dilingkupi kebahagiaan. Aku senang kamu masih memberi makanan kamu ke kucing. Aku senang kamu selalu buang sampah pada tempatnya. Aku senang kamu menyiram tanaman. Aku senang kamu memperbaiki banyak hal, juga termasuk dirimu sendiri. Aku senang kamu gak sedih lagi. Aku senang lihat kamu kuat. Tetap baik-baik, ya, di manapun dan sampai kapan pun."
Membaca ini saya seakan-akan sedang berdialog dengan penulisnya tentang relasi horizontal manusia dengan lingkungannya, tentang relasi internal antara manusia dengan dirinya sendiri, dan juga tentang bagaimana sebagai manusia mampu menemukan makna dalam hidup. Kita diajak untuk menyelami kehidupan lebih dalam lagi, bahwa segala apa yang terjadi di masa lalu entah itu duka yang menyisakan trauma atau suka yang menyematkan kenangan biarkan berada pada posisi yang aman. Jangan dipaksa untuk mengeluarkannya, pelan-pelan dan tetap tenang dalam segala prosesnya.
Dengan cinta kasih yang mengakar dalam diri penulisnya, ia mempersembahkan sebuah karya sebagai bentuk rangkulan tangannya ketika secara langsung tak mampu merengkuh semua orang. Memang benar, bahwa kehadiran kita dalam hidup orang lain akan sangat berarti, meski itu hanya melalui coretan-coretan kecil saja. Tulisan dalam buku ini juga menyelipkan pesan moral yang meski tak tersurat namun cukup jelas tersirat, tentang betapa pentingnya berempati pada mereka yang tengah terluka meski hanya dengan menjadi pendengar yang baik.
Di tengah gempuran zaman yang semakin modern dan arus informasi yang begitu pesat, kita tidak mudah menghalau segalanya sampai ke telinga. Sehingga membutuhkan kondisi mental yang kuat, memerlukan lingkungan yang supportif, dan membutuhkan pengetahuan yang memadai agar kita lebih stabil secara emosional. Ilmu tenang itu sangat mahal, tapi tanpa dilatih, ketenangan juga sulit tercapai.
Rupanya tulisan ini diperuntukkan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kedamaian, yang tengah bergelut dengan problematika hidup dan frustasi dengan berbagai macam tekanan. Lapinggala mencoba untuk memberikan getaran positif dalam sentuhan kata-katanya, agar setiap yang membaca merasa damai dan merasa tidak sedang sendirian. Entah coretan-coretan itu adalah isi hatinya, atau sekadar ingin menguatkan sesama yang mungkin memerlukan dekapan. Namun apapun itu, Lapinggala telah menunjukkan kepeduliannya yang dibalut dengan keluhuran kata-kata.
Ia cukup pandai merangkai dengan kalimat yang indah dan metafora, namun hal ini juga bisa sekaligus menjadi kelemahan buku ini. Di mana tak semua orang mampu memahaminya dengan mudah. Selanjutnya, saya melihat bahwa antara lembar yang satu dan lembar lainnya pada beberapa part tidak memiliki relevansi/hubungan. Sehingga temanya cenderung tercampur.
Saya sangat mengapresiasi setiap penulis yang menuangkan idenya dengan penuh cinta. Tulisan yang ditulis dari hati, juga akan sampai ke hati. Terlepas dari kekurangannya, buku ini cukup reflektif dan cocok buat teman-teman yang baru memulai untuk menyukai "dunia membaca". Di akhir, penulisnya mengutarakan bahwa setiap momen dalam hidup ini sangat berharga, maka kita perlu menghargai setiap momen itu dan bisa memaknai perjalanan hidup. Tetap menjadi manusia yang penuh kehangatan.
Tidak ada buku yang benar-benar sempurna, karena buku bukanlah kitab suci, buku adalah kitab biasa yang mana penulisnya adalah manusia. Setiap tulisan akan menemukan pembacanya, dan semoga buku ini berjodoh denganmu, ya.
Terakhir, semoga kita senantiasa diberikan hati yang bersih dan pikiran yang tenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar