Minggu, 18 Agustus 2024

Apa Tujuan Hidupmu?

What's your life purpose?
Bertanya kerap dianggap sebagai bentuk keribetan dalam hidup. Bagi beberapa orang, tidak begitu penting mempertanyakan mengenai siapa diri ini sebenarnya, apa tujuan hidup, dan akan kemana setelah ini. Karena bagi mereka, yang terpenting adalah menjalani kehidupan yang disuguhkan. Namun, seiring perubahan angka usia atau seiring dengan pengalaman hidup, manusia mulai mempertanyakan eksistensinya. 


Pada dasarnya, kita memiliki tujuan hidup yang sama, yaitu untuk merealisasikan kesadaran sesungguhnya yang kita miliki. Baik itu kesadaran terhadap relasi vertikal dengan Pencipta, relasi horizontal dengan semua ciptaan, maupun relasi internal dengan diri kita sendiri. Kita akan terus berkutat dengan ketidakpuasan, selama tujuan ini belum terealisasi. Hal ini dapat terdeteksi melalui kecemasan, kegelisahan, dan bentuk ketidaknyamanan lainnya sebagai reaksi atas pikiran alam bawah sadar. 

Itulah sebenarnya mengapa saya tidak ingin mengatakan bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan. Karena kebahagiaan saja sangatlah kecil untuk menjadi tujuan bagi "cosmos" bernama manusia. Kita mendapatkan hadiah, ini adalah kebahagiaan, tapi beberapa saat kemudian kebahagiaan itu memudar dan berganti dengan bentuk perasaan emosional yang lain. Kebahagiaan hanyalah efek, bukan tujuan. Kebahagiaan memiliki kawan seperjalanan, namanya adalah kesedihan. Ia tidak berdiri sendiri, suatu waktu ia akan meminta kawannya itu untuk mewakilinya hadir dalam beberapa perayaan di hidup kita. 

Namun, ketika kesadaran (consciousness) telah terealisasi hingga menjadi tercerahkan, kebahagiaan dan kesedihan akan menjadi tamu yang sangat dihargai, akan dijamu dan disambut dengan pelukan hangat. Setiap hari menjadi momen bertumbuh, tak ada celah bagi kondisi apapun yang mampu menghentikan pertumbuhan orang-orang yang sadar. Setiap kerapuhan menjadi pondasi untuk mengawali hari yang baru, mencipta kekuatan yang baru, dan memprogram pikiran alam bawah sadar kembali agar tidak terperdaya pada ragam distraksi. 

Jika Natasha Rizki memberi judul pada bukunya "Kamu Tidak Istimewa", saya justru ingin mengatakan bahwa "Kita ini sangat istimewa", maha karya yang luar biasa. Tuhan menciptakan manusia sebagai manifestasi dari diri-Nya, lalu manusia menciptakan mesin berupa komputer yang juga sebenarnya adalah manifestasi dari dirinya sendiri. Komputer memiliki hardware dan software yang berperan sangat penting, dan manusia pun memiliki hardware berupa otak, serta software berupa pikiran dan perasaan. Dalam komputer terdapat hardisk, sementara dalam diri manusia juga terdapat hardisk berupa informasi bawah sadar (subconscious) yang merekam dan menyimpan banyak informasi. 

Salah satu yang menjadi penghambat dalam perjalanan menuju tujuan, karena software dalam diri kita mulai eror. Kita kurang memberikan perhatian untuk sekadar maintenance, men-delete beberapa item yang memberatkan, atau mungkin melakukan scanning untuk virus-virus yang terlanjur masuk. 

Kita butuh untuk selalu baru, karena fitrahnya baik secara ilmu sains maupun spiritual, manusia adalah makhluk yang bertumbuh. Namun pertumbuhan tidak hanya tentang bertumbuh dari kecil menjadi besar, atau bertumbuh dari muda menjadi tua. Kita dapat memupuk pertumbuhan intelektual melalui bangku-bangku pendidikan, atau pertumbuhan emosional melalui relasi dan ruang-ruang interaksi, tapi kita sangat butuh memupuk pertumbuhan spiritual melalui kepekaan terhadap pesan-pesan Semesta yang disampaikan lewat pengalaman hidup. Hanya jalan inilah yang akan memberi penerangan menuju apa yang kita sebut sebagai "life purpose". 

Pada beberapa kasus, kita mungkin akan menjumpai lorong-lorong yang sunyi. Semakin sunyi jalannya, semakin mudah untuk menangkap panggilan-Nya. You are pure consciousness, the consciousness which is the eternal witness to the Divine Power.

Salam hangat, 
AUW












Tidak ada komentar:

Posting Komentar