Seseorang bisa nyaman dalam rumah yang sederhana karena kehangatan suasana yang terciptalah di dalamnya. Sebaliknya, seseorang dapat menderita dalam rumah yang mewah, karena tidak memperoleh ketenangan di dalamnya. Rumah tidak sebatas bangunan, rumah dapat berupa sosok manusia lainnya yang menjadi tempat pulang yang nyaman setelah bergelut dengan hiruk pikuk dunia yang memberatkan bahu.
Jika kita amati, dari tiap-tiap elemen bangunan rumah, sebenarnya terdapat makna-makna filosofis yang apabila dipahami dengan baik maka sangat membantu untuk menciptakan keteraturan dalam hidup, seperti:
✓ Fondasi, secara hakikat kita memaknai fondasi sebagai dasar yang menjadi simbol stabilitas. Saat ingin membangun rumah, fondasi menjadi elemen pertama dan harus benar-benar kokoh. Relevansinya dengan kehidupan manusia, bahwa kita memerlukan dasar yang kuat di awal, berupa keyakinan atau akidah yang ditancapkan lebih kuat lagi agar tidak goyah dalam menghadapi ragam persoalan.
✓ Lantai, mencerminkan tempat di mana kaki kita berpijak dan mengayunkan langkah demi langkah untuk bisa mencapai tujuan. Maka jika dalam rumah kita tidak bisa menentukan arah karena tak mampu berpijak, di sanalah kebimbangan-kebimbangan mulai muncul.
✓ Atap, tiap rumah mulai dikatakan aman dari panas maupun hujan, jika ada atap yang memayungi. Atap memberikan perlindungan, dan secara filosofis juga menjadi penampungan impian dan harapan dari setiap penghuni di dalamnya. Atap ini berupa pemberian rasa aman dan melindungi tiap aspirasi orang-orang di dalamnya dari pengaruh eksternal. Dalam arti bahwa sebaik-baik rumah adalah tempat di mana kita dapat merasa damai dan memberikan keteduhan dalam kebersamaan.
✓ Dinding, ini juga menjadi bagian yang kiranya perlu ada. Dinding dapat dimaknai sebagai boundaries atau batasan. Dengan memberikan batasan yang jelas, privasi tiap orang akan merasa lebih dihargai. Hal ini juga memungkinkan kita untuk lebih preventif terhadap gangguan dari luar. Kenyamanan tidak hanya soal kedekatan, keakraban, dan kebersamaan semata. Namun kenyamanan juga dapat terbentuk di atas pengertian dan sikap saling menghargai satu sama lain.
Beberapa poin di atas adalah bentuk refleksi sehari-hari, melihat bagaimana kita memaknai sesuatu di luar diri dan menariknya ke dalam untuk bisa dipetik pelajaran. Sehingga rumah tidak sekadar simbol, namun makna. Kita perlu merasakan bahwa tujuan dari rumah bukan sekadar tempat badan kita tinggal, tidur, makan, dsb. Tapi kita ingin mental kita pun turut merasakan dukungan emosional dan spiritual, memiliki identitas dan kenangan, juga menjadi ruang aman dan nyaman untuk berinteraksi.
Jika kamu telah memperoleh "sakinah" (kedamaian) itu di dalam rumah, sesungguhnya itu adalah sebuah kenikmatan yang besar. Jaga dan senantiasa mohon perlindungan dari-Nya, karena Dia sebaik-baik pemelihara. Jika belum memperoleh kedamaian di rumah, temukan kedamaian itu dalam dirimu terlebih dahulu. Tidak dengan mencarinya pada jalan-jalan yang potensial merugikanmu. Pun jika perlu bantuan pihak lain seperti bantuan profesional, tak ada salahnya melakukannya. Tapi aku selalu percaya, akan ada "rumah" yang akan benar-benar dapat menjadi tempat kamu pulang, di mana kamu dapat dengan aman dan nyaman untuk bercerita. Sekali lagi, rumah tidak sebatas pada bangunan fisik. Teman-teman yang baik, pasangan yang suportif, dan komunitas yang positif juga bentuk lain dari rumah. Kamu tidak sendiri.
Salam hangat,
AUW
Rumah sepatutnya menjadikan kita senantiasa merasa aman dan nyaman.
BalasHapus