Sabtu, 29 Maret 2025

Ramadan#30 : Pulang


"Kembali pulang ...." Lagu yang dipopulerkan tahun 2023 oleh Feby Putri dan Suara Kayu ini mengajak kita pada kesadaran murni bahwa sejauh apapun perjalanan kita di dunia, sedalam apapun suka maupun luka yang kita rasakan, kita akan selalu mencari jalan pulang. Dalam kehidupan normal sehari-hari, kita kerap mengidentikkan kata "kembali/pulang" dengan rumah. Setelah segala huru-hara di luar sana, kita selalu merindukan pulang. Namun hakikatnya, manusia sebagai ciptaan memang didesain untuk kembali kepada Penciptanya, entah dalam hal ini kembali ke jalan yang diridhai Allah, atau kembali dalam makna yang lebih transendental: kembali ke sisi-Nya. Dalam Al-Qur'an tepatnya surah Al-Fajr, Allah mengucapkan kata kembali, "... ارجعي إلى ربك..."  yang berarti pulanglah ke sisi Rabb-mu. Pada 30 Ramadan dan 1 Syawal, kita sering mendapatkan ucapan selamat hari raya dan semoga kembali fitrah. Yang dimaksud sebenarnya adalah harapan agar Ramadan yang dijalani selama 30 hari benar-benar menjadi jalan untuk kita kembali pada fitrah sebagai makhluk (ciptaan). Kembali fitrah semata-mata juga bukan bermakna kembali suci sebagaimana anak yang baru lahir. Karena irasional jika kita ingin kembali sesuci bayi yang baru lahir, tidak ada seorang pun yang ma'shum (terbebas dari kesalahan) selain Rasulullah Saw. Namun kita perlu memaknai bahwa kembali fitrah adalah term yang yang menunjukkan betapa fitrah manusia itu adalah memperbaiki apa yang perlu diperbaki, dan meminta maaf serta meminta pengampunan setiap kali salah. 

Judul tulisan ini merupakan ide yang tiba-tiba muncul mengingat sebentar lagi Ramadan akan pamit dan Idul Fitri aka bersambut. Alasan kedua, terlintas ucapan seorang kawan pada sebuah bincang santai, setelah beberapa tahun kami baru berjumpa dan hari itu kami terlibat obrolan yang berat hingga sedikit bertukar keresahan tentang problematika kehidupan. 
"Pulang, yuk!!" Ucapnya sambil senyum. Lalu, melanjutkan ....
"Kalau kita lagi merasakan hidup ini berat banget, sampai rasanya udah babak belur dihantam dari segala arah, sebenarnya itu kode. Kalau capek, ayo pulang." 

Aku tidak berkomentar apa-apa, hanya menatap lamat-lamat, seperti tak berselera mengeluarkan kalimat apapun saat itu. Aku membiarkannya bercerita. 

"Pernah gak pas lagi capek-capeknya dengan hiruk pikuk dunia, pikiran kacau ke sana kemari, tiba-tiba kepikiran kalau ini apa yang salah ya? Apa ada yang perlu aku perbaiki yang mungkin gak sesuai dengan fitrahku sebagai hamba. Kita mungkin lagi gak salah jalan, tapi jalannya kejauhan aja, jadinya capek." Demikian telingaku siap mendengarkan apapun, tanpa menjustifikasi omongannya, tanpa baper dengan yang disampaikannya, karena aku meyakini bahwa kawan yang baik tidak akan menjatuhkan kita, mereka hanya ingin membersamai kita. Dan kawan yang santun juga akan menyampaikan tanpa melukai, tanpa menyalahkan, tanpa merasa paling baik.

Analogi itu seakan menggambarkan bagaimana kita berkelana di dunia, mencari jati diri ke sana kemari, mencari kesenangan dari satu tempat ke tempat yang lain, namun secara naluriah kita akan selalu membutuhkan pulang. Beruntungnya jika dalam perjalanan menuju pulang itu kita ditemani pendar cahaya yang mampu menuntun, agar jalan terlihat lebih jelas dan terang. 

Aku mencoba memaknai kata "pulang" sebagai bentuk lain dari pencerahan, yang merupakan tujuan utama dari seorang hamba. Kehidupan menjadi misteri, sehingga kita dituntut untuk menemukan jawaban dan kembali / pulang karena awal dan akhir kita sama saja: From God to God. Kita semua hidup dalam ilusi, sehingga perlu gebrakan untuk keluar dari kegelapan maya, sehingga pencerahan menjadi sangat penting. Dalam buku The Questions You Must Answer Before You Die, dikatakan bahwa manusia memiliki pengetahuan tentang kebenaran tapi belum tercerahkan karena terhijab oleh ego, tubuh, dan pikiran. Orang yang memiliki pengetahuan belum terbebas dan belum tercerahkan hingga dia memenangkan peperangan atas egonya. 

Ego inilah yang membuat kita enggan pulang, meski sebenarnya jiwa kita sudah merasa lelah. Kita sering luput bahwa kita memang punya tubuh, tapi kita bukan tubuh itu. Kita punya pikiran tapi kita bukan pikiran.

Setiap cobaan yang kita hadapi adalah bagian dari proses penghapusan dosa dan penguatan iman. Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang berusaha untuk kembali ke jalan-Nya. Setiap langkah kita menuju kebaikan akan dicatat dan dihargai, setiap penyesalan akan diampuni. Kita hanya perlu sungguh-sungguh datang kepada-Nya dengan hati yang tulus. Setiap detik yang kita habiskan untuk merenung, berdoa, dan bertawakkal kepada Allah adalah investasi yang tidak ternilai. 

Jalan pulang menuju Ilahi adalah jalan menuju kebahagiaan sejati. Setiap langkah kita, sekecil apapun akan sangat bernilai bagi-Nya. Semoga jiwa kita senantiasa menemukan ketenangan, keindahan, dan cinta yang abadi.

تقبل الله منا ومنكم 
Selamat menyambut hari Raya Idul Fitri, kembali kepada fitrah sebagai hamba: fitrah beragama dan fitrah mencintai. 

Salam hangat,
AUW






1 komentar: