Izinkan dirimu untuk menikmati setiap momen yang telah dihidangkan, karena hanya itu satu-satunya cara untuk tidak menderita. Semakin kamu melawan dan memberontak, kamu akan semakin tersakiti dan tidak akan pernah menikmati hidup.Tak sedikit orang yang terjebak dalam kegelisahan dikarenakan pikirannya sendiri. Menginginkan kebahagiaan dan kedamaian, namun enggan berdamai dengan semesta.
Ironisnya lagi, kebanyakan manusia mengambing-hitamkan keadaan dan orang lain sebagai penyebab penderitaannya, padahal cara kerja pikiran yang menyebabkan semua itu terjadi sebagai bentuk pembelaan atas egonya sendiri. Dalam hidup ini kita belajar banyak jenis seni; seni tari, seni musik, dan yang lain. Tanpa sadar bahwa ada tiga seni dalam menjalani hidup. Pertama, seni hidup pada hari kemarin; kedua seni hidup di hari esok; dan ketiga hidup di hari ini.
Sebagian besar manusia memilih seni pertama dan kedua. Ia banyak mengenang, mengingat-ingat kejadian masa lalu, dan mengandai-ngandai jika waktu dapat diputar sehingga ia lebih banyak bersedih dan menangisi hari kemarin. Sebagian besar lainnya memilih seni kedua, ia diliputi oleh banyak kegelisahan dan ketakutan, kepalanya dipadati oleh kebisingan dan harapan-harapan sehingga lebih banyak galau dan melamun. Padahal boleh jadi angannya itu melampaui batas usianya. Sangat sedikit yang menjalani seni ketiga, padahal itulah hidup sebenar-benarnya, bukan yang berlalu juga bukan yang belum sampai. Orang yang mampu memaksimalkan “hari ini” akan lebih mudah memaafkan masa lalu, dan akan mudah berdamai dengan keadaan. Semua hal yang ditakdirkan Allah tak pernah ada yang sia-sia, jika takdir itu menyenangkan mampu melatih rasa syukur sebagai seorang hamba, dan jika takdir itu menyakitkan akan membuat kita belajar tentang kesabaran dan keluasan hati.
Masalah yang terjadi dalam hidup memang akan selalu mencuri ruang dalam pikiran kita, tidak mungkin tidak! Namun sebagai makhluk istimewa yang dikarunai akal oleh Allah, manusia memiliki potensi untuk mengontrol dan menyaring hal-hal apa saja yang boleh dibiarkan tinggal dan menetap di kepala. Mengontrol pikiran bukanlah perkara mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Hari-hari manusia ibarat sebuah permainan yang membutuhkan pembiasaan untuk bisa pro. Jika hari ini belum berhasil mengelola pikiran, setidaknya ada bahan refleksi dan mencoba lagi hari esok. Hanya perlu banyak latihan, karena setiap yang kita lalui adalah pelajaran. Hal penunjang yang mampu membantu kita untuk menjaga pikiran agar tidak tercemar tentunya adalah bacaan, tontonan dan circle atau lingkungan yang optimis. Setidaknya pasangan, kerabat, maupun teman-teman yang berpikiran positif ini bisa menjadi support system, bukan malah mengeluhkan terik matahari ketika kamu sedang memuji keindahannya. It’s the frecuency level.
Dalam beberapa ilmu kebijaksanaan baik Timur maupun Barat, terdapat titik temu yang mengatakan bahwa salah satu cara untuk terbebas dari penderitaan ialah dengan melepaskan diri dari ilusi. Ilusi ini adalah segala hal yang dibentuk oleh konsep seperti waktu, pendapat orang lain, harga diri, harta, dan bahkan ingatan. Manusia bersedih dan menderita karena menganggap ilusi ini sebagai suatu kenyataan, padahal semuanya ini adalah maya. Jika pikiran mulai mengarah pada hal-hal negatif yang mengarah pada overthinking, segera mungkin melakukan aktivitas lain untuk menghalau pikiran itu. Biasanya pikiran-pikiran negatif itu bermunculan saat sedang sendiri, mungkin perlu sedikit upaya untuk menghindari kesendirian agar tidak ada celah untuk menghayalkan hal-hal yang hanya mampu menambah kesedihan.
"Masalahmu mungkin bertubi-tubi, tapi jangan lupa merawat diri. Manfaatkan waktu untuk investasi terhadap tiga hal: jiwa, tubuh, dan pikiran. Arahkan energimu pada berbagai hal positif yang bisa meningkatkan value, karena masalah dan kerumitanmu akan berlalu. Kamu akan keluar dengan versi yang lebih baik.” (AUW)
Jangan lupa bahagia
BalasHapus