Sabtu, 29 Maret 2025

Ramadan#29 : Warisan


"Jangan berharap warisan berupa harta, kami tidak bisa menjanjikan itu. Kami hanya dapat mewariskan ilmu ...." Ucapan ayahku tiga belas tahun silam, yang terus membekas sampai hari ini. Saat itu aku belum paham dan menganggap ucapan itu seperti angin lalu, hingga akhirnya perjalanan hidup membawaku pada pemahaman bahwa ilmu benar-benar menjadi warisan terbaik yang tidak pernah lekang oleh waktu, dan mampu mengubah kehidupan seseorang. Baik Ayah maupun Ibu tidak pernah memaksaku untuk menyukai buku, tidak juga ada tuntutan untuk suka membaca. Namun sejak kecil, aku terbiasa melihat deretan buku di rumah. Kebiasaan melihat inilah yang membuatku terkadang iseng mengambil atau membuka buku-buku yang isinya belum aku mengerti. Hingga akhirnya menemukan satu buku yang mengasyikkan, dari sanalah bibit kecintaan itu tumbuh. Sampai detik ini aku masih menganggap buku sebagai aset istimewa, dan ilmu sebagai warisan yang mahal. Aku mengamati bahwa perlu kultur dan lingkungan yang mendukung untuk menghidupkan ruang-ruang keilmuan itu.

Tak salah jika para tokoh dan ilmuwan baik di Timur maupun Barat memiliki pandangan istimewa tentang ilmu, terutama di kalangan para pemikir Muslim. Misalnya Ali bin Abi Thalib dengan petuah indahnya yang masyhur bahwa ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmu mampu melindungi pemiliknya, sementara harta justru harus dilindungi. Ilmu sebagai warisan memiliki ruang lingkup yang luas. Ada orangtua yang mengajarkan pada anaknya tentang ilmu bertahan hidup, dengan memperkenalkan anak-anak sejak kecil pada perjuangan dan kerja keras. Ada orangtua yang mengajarkan ilmu kebal dan kedisiplinan pada anaknya, dengan memberikan didikan yang tegas sejak kecil. Ada yang mewariskan ilmu resep kue, resep makanan tradisional, resep obat, dsb. 

Aku mulai memahami lebih jauh mengapa Rasulullah mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim dan Muslimah. Dalam Islam, ilmu tidak sekadar warisan berharga, namun juga dianggap sebagai cahaya yang dapat menerangi jalan hidup manusia. Bahkan dikatakan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu beberapa derajat, baik di dunia maupun di akhirat. 

Kita mungkin kerap mendengar orangtua berkata, "Tidak usah dipikirkan soal biaya sekolah/kuliah. Belajar saja, menuntut ilmu baik-baik." Ternyata kalimat ini tidak hanya sekadar penghibur bagi anak-anak yang sedang berjuang untuk menuntut ilmu, namun juga sebuah keyakinan di dasar hati orangtua bahwa akan ada rezeki yang mengalir untuk para penuntut ilmu, karena Allah yang memudahkan jalannya. 

Ilmu sangat berkontribusi penting dalam pengembangan individu maupun masyarakat. Orang yang berilmu dan terdidik akan lebih mampu menangani problematika, menghadapi tantangan, permasalahan sosial, ekonomi, maupun politik. Perlu digarisbawahi bahwa menurut Islam, ilmu tidak hanya sebatas pengetahuan ilmiah, bukan hanya pengetahuan fisik, tapi juga tentang etika. 

Saat ini kita bisa memilih akan menjadi orangtua yang seperti apa untuk generasi kita. Kita bisa menentukan warisan apa yang ingin kita tinggalkan. Kembali aku ingin mengutip 3M ala KH. Abdullah Gymnastiar alias AA Gym: Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, dan mulai dari sekarang. Konon, untuk memperbaiki generasi dan masa depan bangsa, tidak cukup dengan banyak berkoar di podium atau melakukan orasi di pemerintahan. Tapi kita perlu memulainya dari organisasi terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga. 

AUW



1 komentar:

  1. Mungkin yang diwariskan bukan yang terbaik, tapi pasti akan sangat bermakna dan bermanfaat.

    BalasHapus