Ambil jeda dan bercengkerama dengan semesta. Mengeja setiap ayat/tanda untuk menemukan pesan-pesan. Semesta pun turut berpesan. Segala yang ada di alam menjadi media belajar terbaik, untuk memperoleh pengetahuan dan untuk mengenali lebih dalam lagi tentang siapa kita. Mungkin kita bisa mengambil pesan dari hal-hal berikut.
✓ Cermin, benda ini seakan berpesan bahwa sebelum orang lain berkomentar banyak tentang kita, kita perlu bercermin terlebih dahulu untuk merefleksikan diri, agar dapat meminimalisir hal-hal yang kurang berkenan yang ada dalam diri kita. Kita perlu berdialog dengan diri sendiri terlebih dahulu, memerhatikan apakah secara lahir dan batin kita sudah siap berinteraksi dengan orang lebih jauh lagi atau kita perlu berbenah diri.
✓ Pohon. Bahkan pepohonan pun menjadi guru yang mampu mengajak kita untuk lebih reflektif dan kontemplatif. Kita sering kali memiliki rasa kemelekatan yang tinggi, menganggap bahwa selamanya akan tetap seperti itu. Rupanya perlu waktu untuk menghayati cara kerja Semesta. Banyak hal yang perlu "maintenance and repair", bukan hanya benda-benda elektronik kesayangan di rumah, tapi lebih dari itu kita perlu melakukannya untuk diri sendiri, dan relasi dengan siapapun apalagi orang-orang terdekat yang selalu bersama kita. Jika upaya maintenance itu tidak berbuah dengan baik, kita perlu melapangkan hati untuk melepaskan apa yang harusnya dilepas. Melepaskan memiliki ragam makna; terlepas secara ikatan, terlepas secara emosional, terlepas secara identitas, dll. Namun yang paling penting untuk dipahami dari seluruh perjalanan hidup ini adalah bahwa kita tidak benar-benar memiliki apa-apa. Sehingga perlu untuk belajar melepaskan sebagaimana kita belajar menerima. Semuanya akan bekerja sesuai kapasitasnya. Jika harus layu lalu tumbuh kembali, atau gugur lalu rimbun kembali; tak mengapa. Terkadang kita harus memilih re-start untuk menyegarkan kembali.
✓ Air dalam bejana. Untuk memperoleh air yang jernih, terkadang kita perlu memberi waktu sejenak hingga kotoran air terkumpul di dasar bejana. Kita hanya perlu bersabar beberapa saat agar kotoran tidak tercampur dengan riaknya. Seolah-olah berpesan pada kita, bahwa emosi itu seperti riak dalam bejana, kita perlu membiarkannya tenang dulu agar ketika mengambil keputusan berdasarkan kesadaran murni, tidak ternodai oleh kotoran-kotoran tadi.
Tidak perlu sebuah email atau chatting-an di media sosial untuk mendeskripsikan “pesan”. Pesan tidak selalu harus berwujud teks agar dapat ditangkap dengan jelas dan jernih, juga tidak selalu berupa ungkapan nasehat dari lisan seseorang untuk bisa dimaknai sebagai pesan. Jika kita lebih peka, setiap harinya ada begitu banyak pesan-pesan Ilahi yang ingin disampaikan kepada kita, namun luput dari perhatian. Kita dapat mengamati fenomena yang timbul di sekeliling, terkadang jawaban yang kita butuhkan untuk permasalahan kita sebenarnya tidak jauh-jauh, hanya saja kita cenderung mengabaikan pesan-pesan itu.
Ketika asik menonton sebuah film, nikmati film itu hingga selesai. Jangan biarkan satu film selesai begitu saja tanpa me-review pesan apa yang hendak disampaikan dari setiap adegan maupun dialog. Dalam sebuah film tahun 2011 yang diperankan oleh Jackie Chan, Nicholas Tse, dan Andy Lau, terdapat adegan berupa percakapan yang menarik antara Jackie Chan –yang saat itu berperan sebagai koki di Shaolin- dengan gurunya.
Guru : “Hal terpenting dalam hidup ini ialah pengalaman dan belajar, aku telah mengatakan hal ini berkali-kali kepadamu. Tinggalkanlah kuil Shaolin dan pergi ke dunia luar.”
JC : “Guru, aku hanya tahu cara memasak, di luar sana aku tidak akan berharga. Aku tidak ingin pergi.” Jawab Jackie Chan dengan penuh keraguan
Guru : “Menurutmu, manakah yang lebih berguna antara sekeping emas dan setumpuk t anah?”
JC : “Aku pikir sekeping emas.”
Guru : “Bagaimana jika aku memberikanmu bibit tanaman? Sekarang, mana yang lebih berguna untuk bibit tanaman itu? Apakah sekeping emas ataukah setumpuk tanah?”
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini hanyalah anologi, namun dari semua yang terhampar kita dapat memetik pesan. Setiap ciptaan diberkahi potensi masing-masing untuk bisa berkontribusi bagi kehidupan, bahkan setumpuk tanah pun yang menurut beberapa orang tidak jauh lebih berguna daripada sekeping emas, ternyata juga bermakna bagi sebibit tanaman.
Alam semesta ini beserta isinya seluruhnya adalah hamparan ilmu dan pengetahuan. Tapi keduanya hanya bisa diraih oleh mereka yang membuka mata hati dan memberdayakan potensi akalnya. Berbahagialah jika kamu dapat belajar dari siapa pun, dari apapun dan dari ruang manapun yang terhampar di Universitas Kehidupan ini.
Salam hangat,
AUW
Di sekitar kita penuh dengan pesan yang bermakna bagi kehidupan.
BalasHapus