Euforia Ramadan dirasakan di berbagai belahan dunia, terlebih di Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk mayoritas Muslim. Ramadan yang ditandai dengan puasa mulai fajar hingga terbenam matahari menjadi momen yang dinanti-nanti oleh umat Muslim, namun juga disambut baik dengan umat beragama yang lain. Di balik praktik tersebut terdapat keberagaman dan keberagamaan yang kaya di berbagai tempat. Setiap wilayah memiliki cara yang unik dalam merayakan Ramadan baik dari sisi makanan berbuka puasa, ritual dan tradisi, maupun ibadah-ibadah sosial yang menyemburkan keindahan Islam.
Di Indonesia, bulan Ramadan disambut dengan suka cita tidak hanya oleh umat Muslim namun juga oleh Non Muslim. Saya mengamati fenomena di sekitar, baik berdasarkan pengalaman personal maupun orang lain. Seorang kawan beragama Hindu ketika waktu sahur, turut bangun memasak dan menyantap makan sahur bersama keluarganya meskipun mereka tidak melaksanakan puasa. Hal yang menarik bahwa mereka merasa sudah berbaur dengan umat Muslim sehingga Ramadan pun menjadi hal yang dinanti, terlebih ketika tiba waktu "war takjil".
Banyaknya takjil maupun kegiatan bazar Ramadan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Pasalnya bukan hanya umat Muslim saja yang merasakannya, namun juga umat lain dapat memanjakan lidah dengan aneka makanan yang dijajakan. Toleransi antar umat beragama juga terlihat ketika umat Muslim berpuasa, umat lain begitu menghargai mereka yang berpuasa. Namun di negara yang mayoritas Muslim ini, mungkin yang menjadi kendala bagi beberapa orang yang tidak berpuasa adalah jarangnya warung yang terbuka di siang hari.
Bulan Ramadan juga menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan antara umat Muslim dan umat non-Muslim melalui kegiatan sosial, seperti acara buka puasa bersama maupun kegiatan berbagi.
Meskipun terdapat pedoman umum mengenai puasa, keragaman juga terlihat dalam pelaksanaan dan pemahaman tentang Ramadan yang cukup bervariasi. Misalnya, faktor kesehatan dan kondisi tertentu seperti hamil, sakit, atau perjalanan/safar yang membolehkan seseorang untuk tidak berpuasa.
Ramadan bukan hanya sekadar bulan puasa, tetapi juga bulan refleksi spiritual, momen penghayatan kebersamaan, serta penguatan cinta kasih antar sesama. Dengan memahami keberagaman dalam praktik dan pengalaman Ramadan, kita dapat lebih menghargai makna mendalam dari bulan suci ini. Hidup di negara yang multikulturalisme, semoga mampu membuat kita menjunjung tinggi toleransi, mampu saling menciptakan ruang aman dan nyaman.
AUW
Tentunya dengan keberagaman tersebut sangat diperlukan toleransi yang baik agar terhindar dari perpecahan dan kerusuhan.
BalasHapusKeren tulisannya 🙏🏻