"Tuhan itu bisa dirayu. Pertama, kamu bisa merayu Allah melalui doa-doamu. Kedua, kamu bisa merayu Allah melalui hamba yang dikasihi-Nya. Hamba yang dikasihi Allah adalah orang-orang yang patut diperlakukan juga dengan kasih, mereka adalah para anak yatim." Dia menyampaikan itu padaku dengan tutur yang tenang, aku mengangguk pertanda paham. Lalu, dia melanjutkan ...
"Modal pertama yang harus kamu miliki terlebih dahulu adalah keyakinan. Kamu harus yakin pada pertolongan Allah, sehingga memang perlu melibatkan Allah dalam segala urusan, di awal hingga akhir. Jika kamu berlapang dada atas apapun yang terjadi dan menimpamu, insha Allah akan ada hadiah yang bahkan jauh lebih baik setelah itu."
Aku mencoba menggarisbawahi kata berlapang dada yang dia sampaikan. Sekilas mungkin terdengar biasa saja, namun sungguh tertancap kuat dalam memoriku. Setelah pertemuan kurang lebih satu jam yang sarat makna itu, aku kembali ke rumah dalam keadaan lega dan bersyukur. Aku mulai memutar beberapa kejadian dalam memori otakku, dan benar bahwa hal-hal yang telah diterima dengan lapang dada atau dalam arti lain ridha dengan ketetapan Allah, ternyata dibalas hadiah lebih baik dari-Nya.
Betapa sering Allah melihat suatu keburukan dari diri kita namun Allah tutupi, kemudian kita memohon ampun dan Allah mengampuni. Lalu pada saat yang lain ketika Allah melihat kebaikan dari kita, Ia perbanyak dan Ia tampakkan. Maka ridha atas ketetapan-Nya adalah keniscayaan yang semestinya dilakukan seorang hamba, sebagai wujud cinta pada Tuhannya. Dialah yang mendekatkan dan menjauhkan, yang memberi dan menahan, yang merendahkan dan meninggikan. Satu hari mungkin berpihak pada kita, lalu di hari yang lain menyelisihi keinginanan kita. Ketika dihadapkan dengan sesuatu yang tidak menyenangkan hati, kita mungkin terkadang mengeluarkan statemen berupa protes pada Allah: Mengapa begini? Untuk apa semua ini terjadi? Dan lain sebagainya.
Dalam hadisnya, Rasulullah menyampaikan bahwa: "Beribadalah kepada Tuhanmu dengan ridha, tetapi bila tidak mampu, maka dalam sikap sabar atas segala yanh tak kau sukai terkandung kebaikan yang amat banyak."
Kita diberi wewenang untuk memilih, dengan akal dan hawa nafsu yang telah diberikan, kita bisa saja memilih untuk marah pada Allah atas ketetapan-Nya, tapi kita juga bisa memilih untuk bersabar sembari tetap yakin pada kemungkinan-kemungkinan baik yang ada di balik ketetapan itu. Dalam keridaan, doa bukanlah suatu hal yang bertentangan. Jadi, ridha bukanlah bentuk keputusasaan, karena kita masih tetap bisa melayangkan doa sebagai bentuk optimisme bahwa penerimaan terhadap ketetapan Ilahi akan tetap memberikan ruang-ruang pengharapan untuk garis takdir yang baik di dunia dan di akhirat. Mengutip dari sabda Nabi Saw., bahwa doa adalah otaknya ibadah, senjata bagi para kaum mukmin.
Hari ini, beberapa hal telah terjadi dan terlampaui dengan baik. Bermodalkan keyakinan dan lapang dada, ternyata mengundang hadiah-hadiah indah sebagai penawar dari rasa sakit yang pernah dialami. Hasbunallah wa ni'mal wakil ....
AUW
Dengan berlapang dada, hati yang kacau dapat terasa lebih tentram dan tenang.
BalasHapus