Rabu, 26 Maret 2025

Ramadan#26 : Senandung Anak Rantau


Di bawah langit jingga aku terpaku 
Terlukis wajah Ayah-Ibu
Langkah tak pernah ragu
Walau bergelut dengan rindu
Senandung anak rantau 
Selalu merdu meski sendu 

Bahu berat di tanah orang 
Meski badai tetap diterjang 
Demi impian setinggi bintang 
Demi janji untuk pulang....

Kamu boleh pergi sejauh yang kamu mau, kamu boleh memilih masa depan apa yang ingin kamu inginkan. Namun, ada satu hal yang tak akan pernah luput, jejak-jejakmu di tanah kelahiran akan selalu membekas, menanti hadirmu dengan membawa gumpalan kisah haru penghadir selaksa bahagia. 

____

Bagi umat Muslim yang berada di rantau, momen-momen akhir Ramadan adalah momen hangat yang dinanti-nanti untuk pulang ke kampung halaman. Laut, darat, dan udara menjadi saksi atas kerinduan dan harapan para pemudik untuk berjumpa dengan keluarga terkasih. Selalu ada cerita menarik dari mereka yang berani mengambil keputusan hidup di tanah rantau, terlepas dari kesukaran yang dilalui. 

Baik secara personal maupun sosial, merantau memiliki keutamaan yang mungkin jarang kita sadari. Meskipun begitu, tinggal bersama orang-orang terkasih di kampung tentu menjadi dambaan juga, namun hidup tak selalu seperti yang kita inginkan. Kehidupan selalu memberikan pilihan-pilihan, tentukan pilihan itu sebelum pilihan itu yang menentukan hidup kita. Aku tergolong ke dalam mereka yang jauh dari keluarga. 

Terhitung tiga belas tahun tidak menetap bersama orangtua memberiku ragam pandangan tentang kehidupan. Diawali dengan niat menuntut ilmu hingga rela berpisah dengan keluarga, dan terus berlanjut hingga bekerja di tanah rantau. Pelajaran, kerinduan, kesedihan, ketegaran, dan impian seakan bercampur menjadi satu. Tentu bukan hanya aku, melalui perbincangan dengan teman-teman yang juga hidup di rantau, aku mencoba merangkum pelajaran penting yang akan aku bagikan di kolom ini. 

Sebelumnya aku ingin menyampaikan, bahwa tulisan ini tidak bermaksud untuk membandingkan dua kondisi tertentu, tapi berusaha mendeskripsikan beberapa hikmah dari kehidupan anak rantau. Tujuannya, pertama untuk menguatkan lagi bahu mereka yang memilih jalan tersebut mengingat banyak keutamaan yang dapat diperoleh. Kedua, untuk berbagi cerita kepada mereka yang tidak berada pada jalan itu. 

Setidaknya ada beberapa catatan penting yang aku anggap sebagai nilai plus dari perantauan, seperti: 
✓ Memberikan pengalaman hidup yang luar biasa dan perspektif yang luas. Merantau memberi kesempatan besar bagi kita untuk mempelajari hal-hal baru, beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang saja berbeda, yang mana hal ini dapat membantu kita untuk semakin bertumbuh. Berjumpa dengan ragam karakter, mempelajari banyak nilai dan banyak pandangan tentunya akan membentuk mindset kita semakin berkembang. 
✓ Lebih mandiri dan meningkatkan kedewasaan. Dengan merantau, seseorang seakan dipaksa untuk bertanggung jawab atas hidupnya sendiri, atas pilihan-pilihannya, dan mengatasi tantangan di kampung orang. Mulai persoalan perut, tempat tinggal, mengatur keuangan, hingga persoalan lainnya. 
✓ Pendidikan dan skill. Banyak peluang belajar dan mengasah skill di tanah rantau, terlebih lagi jika tempat rantau itu merupakan kota besar. Mengikuti pelatihan, kajian, ruang-ruang belajar, meningkatkan hard skill maupun soft skill yang mungkin saja harus dicoba untuk bisa survive/bertahan hidup. 
✓ Jaringan yang luas. Tentu bagi perantau, lingkup pertemanan adalah salah satu penunjuang kesuksesan. Ketika jauh dari keluarga, kita perlu memperluas jejaring sosial untuk dapat memperoleh informasi maupun peluang-peluang keberuntungan. Biasanya, anak rantau tumbuh dengan jiwa humanis dan solidaritas yang tinggi. 
✓ Pertumbuhan Finansial. Kebanyakan orang-orang yang memilih untuk merantau dengan tujuan untuk mengubah nasib atau memperbaiki taraf kehidupan secara ekonomi dan strata sosial. Tentu berat hati memilih untuk jauh dari keluarga, namun ada cita-cita untuk membahagiakan orang-orang tercinta, mungkin dengan transferan yang masuk setiap bulannya cukup membantu meringankan beban keluarga di kampung. Sudah banyak kisah perantau yang sukses dan menjadi pembuka jalan bagi keluarga mereka dengan memberikan modal usaha. 
✓ Rasa syukur dan cinta yang lebih dalam. Jarak yang tercipta antara anak rantau dan keluarga selalu diiringi dengan kerinduan. Rindu ini menjadi motivasi untuk semakin semangat mencapai impian, karena ada tujuan yaitu pulang membawa kabar gembira. Dan setiap momen pulang ini, terdapat rasa cinta yang semakin dalam kepada keluarga, seakan ingin benar-benar memanfaatkan kebersamaan karena menyadari bahwa kesempatan pulang tidak datang tiap saat. Kita semakin menghargai kehadiran orang-orang sekitar, yang menumbuhkan rasa syukur di hati. 

Dari sekian banyak yang dialami seorang perantau, aku hanya ingin membagikan hal basic ini saja. Mengenai sakit, lelah, dan kesulitan yang dialami biarlah itu menjadi batu pijakan yang Allah catat sebagai bentuk perjuangan hamba-Nya untuk memperoleh hidup yang lebih baik. Jalan apapun yang kita pilih, pastikan menjadi kesempatan untuk belajar dan bertumbuh. Aku teringat pada pesan Imam asy-Syafi'i, "Merantaulah, aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan. Jika mengalir, akan menjadi jernih. Jika tidak, akan keruh menggenang." 

Selamat memintal rindu untuk diburaikan saat waktunya tiba. 

AUW



1 komentar:

  1. Sebaik-baiknya tanah rantau, tetap yang menjadi tujuan adalah pulang di tanah kelahiran. Semoga selalu dimudahkan dan dilancarkan urusannya bagi kita semua.

    BalasHapus